- PENDAHULUAN
Akuntansi
keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola
bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Laporan
keuangan memberikan informasi yang disajikan oleh akuntansi keuangan dalam rangka menilai kinerja perusahaan. Informasi
yang disajikan pada laporan keuangan ini disusun berdasarkan standar yang sudah
ditetapkan dan prinsip-prinsip yang sudah baku.
Inflasi adalah kenaikan tingkat
harga umum atas semua barang dan jasa di dalam suatu perekonomian.Tekanan
inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat dijumpai pada hampir semua
negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses pembangunan. Sebagai
negara berkembang yang masih terus menjalankan pembangunan, Indonesia mengalami
inflasi dari tahun ke tahun.
Banyak study mengenai inflasi di
negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan
fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang
pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang
bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal
pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau
hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya
term of trade, utang luar negeri , dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan
fluktuasi harga di pasar domestik.
Pengukuran yang selama ini
digunakan dalam akuntansi adalah metode Historical Cost. Historical Cost adalah
menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition cost adalah
dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang , jasa , biaya ,
harga pokok, dan ekuitas. Dengan
perkataan lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal
perolehan. ( Sofyan Syafri Harahap:2011)
Metode historical cost ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan bersifat historis,yaitu merupakan laporan
keuangan atas kejadian yang telat lewat. Akuntansi juga disusun berdasarkan
prinsip unit moneter, hal ini berarti akuntansi hanya memberikan data
kuantitatif dan moneter. Akuntansi hanya memberikan data yang sifatnya
material. Sedangkan inflasi yang terjadi merupakan suatu kejadian yang akan
datang, yang di pengaruhi dari kejadian sebelumnya.
Inflasi yang terjadi di suatu
negara akan membawa dampak terhadap laporan keuangan yang disajikan karena
informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar
yang sesungguhnya. Serta prinsip stable monetary unit yaitu kesatuan moneter
dianggap stabil. Hal ini tidak berlaku pada kenyataannya karena kita ketahui
bahwa dimana saja di dunia ini tingkat inflasi nya akan berubah. Di Indonesia
pada tahun 1956 tingkat inflasi tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja
tingkat inflasinya mencapai 9,35%. (Sofyan Syafri Harahap:2011)
Permasalahan- permasalahan
inilah, yang memicu banyaknya kritik terhadap kegunaan laporan keungan sebagai
pemberi informasi khusunya pada masa inflasi. Pada saat inflasi,
informasi-informasi yang disajiakn pada laporan keuangan hanya sia-sia saja
karena informasi yang disajikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada
kenyataannya. Hal ini juga yang memicu munculnya akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi adalah
akuntansi yang berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari
inflasi atau penurunan nilai beli uang pada laporan keuangan sehingga laporan
keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu
buakn lagi harga historis.
- PEMBAHASAN
- Pengertian
Inflasi dan Tingkatan Inflasi
Dalam
ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Menurut para pakar beberapa pengertian
mengenai inflasi:
1. Menurut Nopirin (1987:25)
`Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama
peride tertentu.
2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi
adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l)
:Price level (year t-l)
Kondisi inflasi menurut Samuelson
(1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1) Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan
lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
2) Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya
harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan
seterusnya.
3) Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6
kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan
menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk
mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
a) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan
hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of
marketbasket in base year) x 100%
b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar
seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah
jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa
yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding
dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
Faktor -
faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
a. DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk
menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama
periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya
inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push
Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.
b) ImportedInflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga-harga barang
- Akuntansi Inflasi
Metode yang
digunakan dalam akuntansi inflasi sama dengan metode penentuan laba. Penekanan
penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh
laporan keuangan , sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam
laporan keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan pada masa inflasi juga
diperlukan metode-metode.
Menurut
Johnson, metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi :
- The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari :
a.
Historical cost
b.
General price level
c.
Replacement cost
d.
Reproduction cost
- Th Exit Value System harga pasar atau current market value
yang terdiri dari :
a.
net realizable value
b.
selling price
c.
expected value
pada
akuntansi inflasi ,metode –metode di atas digunakan dalam menyusun laporan
keunagan pada saat inflasi adalah :
a.
General Price Livel
Keuntugan
General Price Level Adjustment (GPLA) adalah :
Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada
perusahaan
Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan
antarperiode
Membantu pemakai laporan menilai arus kas di
masa yang akan datang secara lebih baik
Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan
keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan
Kelemahan nya adalah :
v
Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan
perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamakan
v
GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
v
Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus
kas
v
Rasio itu adalah indikator mentah
b. Current
Cost Accounting
Menurut Edgar Edward dan Philip
Bell (1961), yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana
merekabmengalokasiakan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba. Manajer biasanya menghadapi masalag apakah
ingin mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan
bagaimana menggunakan atau mendanai kegiatan perusahaan . Untuk menjawab ini
mereka mengusulkan perhitungan business profit, yang memliki dua komponen.
1.
Current Operating Profit
Laba dari current operating
adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang dijual dengan harga
pokoknya.
2.
Realizable Cost Saving ( Holding Gain)
Kenaikan harga pokok dari suatu
aktiva yang masih dilmiliki sekarang ( dengan harga sekarang) .
Beberapa bentuk Current Cost :
a.
Replacement Cost
nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru
atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai
ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan,
aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya, nilai bersih
setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan
pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog depreciation
atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pada masa inflasi nilai dari replacemet
value ini lebih besar dari general price level.
Metode ini dikritik dalam hal :
- Subjektivitas penilaian
atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan
pada transaksi yang sebenarnya.
- Dalam hal harga suatu
aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi
(misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban
pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical
cost.
- Perubahan harga umum tidak
tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva
tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan
merupakan metode akuntansi inflasi
- Sukar melakukan
perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling
mudah diterapkan dalam akuntansi inflasi.
b.
Reproduction cost
harga itu diukur berdasarkan
harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang
dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva
yang dibuat itu. Secara umum apa yang berlaku pada metode replacement cost
berlaku juga pada metode reproduction cost.
c.
Net Realizable Value
merupakan harga jual dikurangi
taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net relizable value ini
lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual
barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam
metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada
awal dibandingkan dengan pada akhir periode.
d. selling
Price
Di sini nilai yang dipakai adalah
harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang
disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable
value dan metode lain yang disebut sebelumnya.
e. Expected
Value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan
seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain
karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa
yang akan datang.
3.
Monetary Non-Monetary Items
Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam
unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang
angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di
masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan
nanti nilai net realizable value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya
itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk aktiva jenis ini
tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang
diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan datang. Contohnya : deposito
, valuta asing , atau klaim valuta asing, dan alin-lain
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan
menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan
sebagai old cost bukan nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap,lahan. Dalam
metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga
sekarang.contohnya adalah biaya dibayar dimuka.
4. Model
Akuntansi
Ada delapan model akuntansi dalam penilaian
aktiva dan penentuan laba yaitu:
1. pengukuran
menurut unit uang :
a. Historical
Cost Accounting
b. Replacement
Cost Accounting
c. Net
Realizable Value Accounting
d. Present
Value Accounting
2. Pengukuran
menurut Uint Tenaga Beli (GPL)
a. GPL
Historical Cost Accounting
b. GPL
Replacement Cost Accounting
c. GPL
Net Realizable Value Accounting
d. GPL
Present Value Accounting
Namun yang akan dibahas pada paper
ini hanya tiga model akuntansi saja, yaitu :
a.Historical Cost Accounting
b.Replacement Cost Accounting
c. Net Realizable Value Accounting
1. Atribut yang akan dinilai
- Dalam model Historical Cost
Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau
sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah
hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva
itu.
- Dalam model Replacement
Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang
akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang
atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut.
- Dalam model Net Realizable,
atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan
diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus
dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
- Dalam model Present Value
atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih
yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar
net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :
- Fokus penilaian dapat berupa
masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost dan net
realizable value), dan masa yang akan datang (present value).
- Jenis transaksi :
historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan atau
pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut
penjualan aset dan pembayaran hutang.
- Sifat kejadian awalnya :
historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value
berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net
realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis
(anggapan).
2.Unit Of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
- Unit Moneter (Uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
- Unit Daya Beli
(Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu
berbeda apabila waktunya berbeda.
3. Penilaian
dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model
Present Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai
berikut.
- Sukarnya menaksir
penerimaan kas di masa yang akan datang.
- Pemilihan tingkat
diskonto yang sangat bervariasi
- Alokasi arbitrer dari
taksoran arus kas dalam menilai aset
- Alokasi arbitrer dan taksiran
arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar
penilaian adalah.
- Kesalahan yang timbul
akibat masalah waktu (timing error)
Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode
tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang
lain. Yang sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dan
dilaporkan sesuai pada periode itu.
- Kesalahan akibat alat ukur
( measuring unit errors)
Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak
disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang
tersebut. Idealnya tenaga beli uang harus ikut menjadi bahan pertimbangan dalam
menyusun laporan keuangan.
- Kesulitan dalam penafsiran
(interpretability)
Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan
laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya.
Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus
menggunakan rumus :
“Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them).
Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti
serta kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran
tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit sebagai alat ukur
berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah (Number of
Dollars = NOD).
Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga
beli umum”, akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars).
Sementara itu, apabila konsep Current Value yang diukur dengan tenaga beli
umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of Goods (COG)
- Relevansi
Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya
khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena
model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah
NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan
tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.
G. Metode Pengukuran Harga Wajar ( Fair Value )
Metode pengukuran harga wajar telah
berlaku di Amerika sesuai dengan statement NO. 157 tentang Fair Value
Measurement.
“Statement ini mendifinisikan
fair value , menentapkan kerangka untuk mengukur nilai yang wajar ( fair value)
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan memperluas
pengungkapan tentang pengukurna fair value. Statement ini diterapkan dalam
kerangka dasar akuntansi yang membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair
value. Dewan standar sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair
value adalah metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini
tidak meemerlukan metode pengukuran fair vale yang baru. Namun, untuk sebagian
entitas penerapan fair value ini akan mengubah praktik yang berlaku sekarang.
Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi
Untuk memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model
akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21
Maret 2005 akan memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Mdal berjumlah Rp
30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT
Sipangko Jaya memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga
Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga
Rp 15,- per unit.
Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai
berikut:
|
Januari 1
|
Mei 1
|
Desember 1
|
Replacement Cost
|
10
|
12
|
13
|
Net Realizable Value
|
-
|
15
|
17
|
General Price Level Index
|
100
|
130
|
156
|
- 1. Alternatif
dengan Melihat Sudut “Unit of Money”
Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul
karena waktu. Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:
- Historical Cost Accounting
- Replacement Cost
Accounting
- Net Realizable
Value Accounting
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:
PT Sipangko Jaya
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2005
Keterangan
Historical
Replacement
Net Realizable
Cost
Value
Value
Hasil
75.000
92.000
Harga Poko
Penjualan
50.000
60.000
73.000
Laba
Kotor
25.000
15.000
19.000
Bunga 10%
3.000
3.000
3.000
Laba
Operasi
22.000
12.000
16.000
Realisasi holding gain and loss sudah termasuk 10.000
10.000
Holding gain and loss yang tidak
dihitung
3.000
3.000
Tidak direalisasi
General Price level gain
tidak
dihitung tidak
dihitung
tidak dihitung
and loss
Laba
bersih
22.000
25.000
29.00
PT Sipangko Jaya
Neraca
31 Desember 2005
Keterangan
Historical
Reolacement
Net Realizable
Cost
Value
Value
Harta
Kas
72.000
72.000
72.000
Persediaan
10.000 13.000 17.000
Total
Harta
82.000
85.000
89.000
Utang & Modal
Kewajiban
3 0.000
30.000
30.000
Modal :
Modal
Saham
30.000 30.000 30.000
Laba ditahan
Realisasi
22.000
22.000
22.000
Belum
realisasi
-
3.000
7.000
Total laba
ditahan
22.000 25.000 29.000
Total Modal
Setor
52.000 55.000 59.000
Total Utang &
Modal
82.000
85.000
89.000
Analisis perbedaan akibat waktu
Total Laba
|
HC
|
RC
|
NRV
|
Laba yang dilaporkan
|
Kesalahan
|
Laba yang dilaporkan
|
Kesalahan
|
Laba yang dilaporkan
|
Kesalahan
|
29.000
|
22.000
|
7.000
|
25.000
|
4.000
|
29.000
|
0
|
- 2. Alternatif
Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit Tenaga Beli
Umum
Dalam model ini yang kita bahas adalah:
- General Price Level
Adjusted Historical Accounting
- General Price Level
Adjusted Replacement Cost Accounting
- General Price Level
Adjusted Net Realizable Value Accounting
PT Sipangko Jaya
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir
pada 31 Desember 2005
Keterangan
|
GPLA
HC
|
GPLA
RC
|
GPLA
NRVA
|
Hasil
Harga Pokok Penjualan
|
90.000
78.000
|
90.000
72.000
|
107.000
85.000
|
Laba Kotor
Bunga 10%
|
12.000
3.000
|
18.000
3.000
|
22.000
3.000
|
Laba Operasi
Real Realized Holding Gain and Loss
Real Unrealized Holding Gain and Loss
General Price Level Gain and Loss
|
9.000
termasuk
tidak dihitung
1.800
|
15.000
(6.000)
(2.600)
1.800
|
19.000
(6.000)
(2.600)
1.800
|
Laba Bersih
|
10.800
|
8.200
|
12.200
|
PT Sipangko Jaya
Neraca Menurut General Price
Level
Per 31 desember 2005
Keterangan
|
GPL
HC
|
GPL
RC
|
GPL
NRVA
|
Aktiva:
Kas
Persediaan
|
72.000
15.600
|
72.000
13.000
|
72.000
17.000
|
Total Aktiva
Pasiva:
Obligasi
Modal
Laba Ditahan:
Realized
Unrealized
Laba/Rugi GPL
|
87.600
30.000
46.800
9.000
(0)
1.800
|
85.000
30.000
46.800
9.000
(2.600)
1.800
|
89.000
30.000
46.800
9.000
1.400
1.800
|
Total Pasiva
|
87.600
|
85.000
|
89.000
|
Perhitungan Laba/Rugi General Price Level
Keterangan
Belum
Faktur
Setelah
Di
Adjust
Konversi
di Adjust
|
Net Monetary Asset
Tanggal 1 Januari
2005:
30.000
156/100
46.800
Ditambah:
Monetary Receipts
75.000 156/30
90.000
105.000
136.800
Dikurangi:
Monetary
Payments
60.000
156/100
93.600
Bunga
(10%)
3.000 156/156
3.000
63.000
96.600
Net
42.000
40.200
Net Monetary Asset
31-12-2005
40.200
Actual Monetary Asset per
31-12-2005
42.000
Laba Akibat General Price
Level
1.800
|
Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing
Model
No
|
Accounting Model
|
Timing error
|
Measureng-Unit Error
|
Interpretation
|
Relevance
|
Operating Profit
|
Holding Gains
|
NOD
(Number of dollars)
|
COG
(Command of Goods)
|
1
|
Historical-cost accounting
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
2
|
Replacement-cost
|
Ya
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
Laba Rugi
|
Ya
Harta
|
Ya
Harta
|
3
|
Net-realizable-value accounting
|
Hilang
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
Laba Rugi dan Utang
|
Ya
Aktiva Moneter dan Utang
|
Aktiva Moneter
|
4
|
General price-level-adjusted historical cost accounting
|
Ya
|
Ya
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
5
|
General Price-level-adjusted replacement-cost accounting
|
Ya
|
Hilang
|
Hilang
|
Hilang
|
Ya
|
Ya
|
6
|
General Price-level-adjusted net-realizable-value
accounting
|
Hilang
|
Hilang
|
Hilang
|
Hilang
|
Ya
|
|
C. penutup
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada masa inflasi,Laporan
keuangan yang menggunakan prinsip historical cost pada umumnya tidak dapat
memberikan informasi yang relevan. Pada masa inflasi laporan keuangan GPLA
lebih informatif dibanding historical cost, namun material atau tidaknya
perbedaan yang ditimbulkan GPLA tergantung pengaruhnya terhadap perusahaan
tersebut, sehingga GPLA bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan keuangan
historical cost, tetapi hanya sebagai supplement report untuk digunakan sebagai
informasi tambahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan informasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan akuntansi
terpenuhi. Hal ini didasari oleh pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia bahwa informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh
perubahan harga bersifat tidak mengikat.
Saran
Adapun saran atau rekomendasi yang dapat penulis berikan terkait
dengan pengembangan studi teori akuntansi adalah diharapkan kita
memahami lebih dalam tentang teori-teori akuntansi yang ada dan bisa
mengimplementasikan ke dunia bisnis. Tidak hanya dilihat dari sisi Akuntansi
konvensional nya saja namun juga dilihat dari sisi Akuntansi syariahnya.
Bagaimana perbandingan dari dua sisi tersebuat dalam kiatannya dengan Akuntansi
Inflasi.
Hal ini diharapkan dapat
menjadi referensi positif baik bagi teman-teman
untuk lebih memahami materi mata kuliah teori
akuntansi ini.
Referensi
Harahap, Sofyan Syafri. 2007.
Teori Akuntansi. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Mamik , Wahjuanto (2010) BEBERAPA FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI LAJU INFLASI DI INDONESIA. Undergraduate thesis, UPN
"Veteran" Jatim.
Sari, Dian Inda (2006), Akuntansi Inflasi Dalam Menilai Relevansi Laporan
Keuangan Suatu Perusahaan,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.
8 No. 2, p. 78-91,
http://4putciput.weebly.com/uploads/1/3/5/5/1355290/akuntansi_inflasi_dalam_menilai_relevasi_laporan_keuangan_suatu_perusahaan.pdf
www.kompas.com
www.id.wikipedia.org
www.idx.co.id
http://alamazharians.blogspot.com/2012/03/inflasi.html
http://alena19.wordpress.com/2012/05/05/akuntansi-inflasi/