Senin, 25 Juni 2012

Sifat Maskulin Akuntansi Modern

Akuntansi adalah an everchanging discipline,berubah terus sepanjang masa. Akuntansi pada masa Babylonia misalnya sudah sangat berbeda dengan akuntansi pada masa awal Islam, atau masa Luca Pacioli, atau pada masa sekarang. (Triyuwono)

Satu hal yang saya paham ini dari buku Iwan Triyuwono  adalah sifat dari akuntansi modern yang maskulin. Maskulin ini terlihat dari egoistiknya, privatisasi, materi, kuantitatif, dan lainnya.
Egoistiknya dapat kita lihat bahwa akuntansi modern hanya berorientasi pada memaksimalkan profit untuk kepentingan shareholder atau manajemen itu sendiri.
Berbagai cara dilakukan agar manajemen memperoleh keuntungan yang maksimal. Tanpa memperhatikan lingkungan di sekitarnya.

Contoh dari sifat egois ini adalah Permasalahan yang paling sering dihadapi oleh perusahaan terhadap lingkungannya adalah, masalah limbah industri. Seringkali perusahaan membuang limbah ke lingkungan tanpa melakukan proses pemurnian limbah karena  pemurnian limbah akan menambah biaya bagi perusahaan.

Akuntansi Modern hanya fokus pada materi. Akuntansi yang dilaporakan hanya berupa materi-materi atau angka –angaka yang pada akhirnya akan mendorong pembaca atau penggunannya menuju hal yang  hanya berpikiran pada materi semata. Semua nya di nilai pada materi semata. Hal ini pada akhirnya akan membuat manusia mempunyai sebuah pemikiran bahwa materi itu lebih penting daripada hidupnya sendiri.  Dan hal ini tidak sesuai dengan hakikat hidup manusia yang meliputi unsur materi dan spiritual.  Pada dasarnya materi dibutuhkan secukupnya untuk membantu proses manusia itu unuk mencapai tujan akhirnya yaitu Allah S.W.T

.
Sifat dan hal-hal ini lah yang mendasari munculnya akuntansi Islam atau akuntansi syariah.  Akuntansi syariah adalah salah satu aliran pemikitan yang mencoba  melakukan dekonstruksi secara mendasar terhadap akuntansi modern yang ada saat ini dengan merumuskan sendiri dasar-dasar filosofi , epistemilogi, dan teori berdasarkan pada nilai-nilai syariah. (Gambling dan Karim;Triyuwono). Akuntansi modern yang sifatnya materialistik akan menciptakan kondisi yang tidak kondusif . Untuk itu untuk mengkondusifkan nya perlu suatu alat pertanggungjawaban  yaitu akuntansi yang mampu menyadarkan bahwa adnya kehadiran Sang Pencipta setiap saat, dan itu lah akuntansi syariah.

Misalnya ketika kita mengalami kerugian, mungkin bisa kita buat pada laporan keuangan itu
" sedekah ", atau bisa kita buat laporan keuangan rahmatan lil alamin..
 (hhe,, kl yg ini jgn di tanggapin serius ya,, cm sbagai cntoh aja,kl laporan keuangan syariah nya , tdak begitu kok, cm sbgai penguat saja pada usaha kita ini, cuma mengharap ridho Allah semata.)


 Referensi : Triyuwono,Iwan.Perspektif, metoddologi , dan teori akuntansi syariah.2006. Jakarta : Rajawali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar