Akuntansi adalah an everchanging discipline,berubah terus
sepanjang masa. Akuntansi pada masa Babylonia misalnya sudah sangat berbeda
dengan akuntansi pada masa awal Islam, atau masa Luca Pacioli, atau pada masa
sekarang. (Triyuwono)
Satu hal yang saya paham ini dari buku Iwan Triyuwono adalah sifat dari akuntansi modern yang
maskulin. Maskulin ini terlihat dari egoistiknya, privatisasi, materi,
kuantitatif, dan lainnya.
Egoistiknya dapat kita lihat bahwa akuntansi modern
hanya berorientasi pada memaksimalkan profit untuk kepentingan shareholder
atau manajemen itu sendiri.
Berbagai cara dilakukan agar manajemen memperoleh keuntungan
yang maksimal. Tanpa memperhatikan lingkungan di sekitarnya.
Contoh dari sifat egois ini adalah Permasalahan yang paling sering dihadapi oleh perusahaan
terhadap lingkungannya adalah, masalah limbah industri. Seringkali perusahaan
membuang limbah ke lingkungan tanpa melakukan proses pemurnian limbah karena
pemurnian limbah akan menambah biaya bagi perusahaan.
Akuntansi Modern hanya fokus pada materi. Akuntansi yang
dilaporakan hanya berupa materi-materi atau angka –angaka yang pada akhirnya
akan mendorong pembaca atau penggunannya menuju hal yang hanya berpikiran pada materi semata. Semua
nya di nilai pada materi semata. Hal ini pada akhirnya akan membuat manusia mempunyai sebuah pemikiran bahwa materi itu lebih penting daripada hidupnya sendiri. Dan hal ini tidak
sesuai dengan hakikat hidup manusia yang meliputi unsur materi dan spiritual. Pada dasarnya materi dibutuhkan secukupnya untuk membantu proses manusia itu unuk mencapai tujan akhirnya yaitu Allah S.W.T
.
Sifat dan hal-hal ini lah yang mendasari munculnya akuntansi
Islam atau akuntansi syariah.
Akuntansi syariah adalah salah satu aliran pemikitan yang mencoba melakukan dekonstruksi secara mendasar
terhadap akuntansi modern yang ada saat ini dengan merumuskan sendiri
dasar-dasar filosofi , epistemilogi, dan teori berdasarkan pada nilai-nilai
syariah. (Gambling dan Karim;Triyuwono). Akuntansi modern yang sifatnya materialistik akan menciptakan kondisi yang tidak kondusif . Untuk itu untuk mengkondusifkan nya perlu suatu alat pertanggungjawaban yaitu akuntansi yang mampu menyadarkan bahwa adnya kehadiran Sang Pencipta setiap saat, dan itu lah akuntansi syariah.
Misalnya ketika kita mengalami kerugian, mungkin bisa kita buat pada laporan keuangan itu
Misalnya ketika kita mengalami kerugian, mungkin bisa kita buat pada laporan keuangan itu
" sedekah ", atau bisa kita buat laporan keuangan rahmatan lil alamin..
(hhe,, kl yg ini jgn di tanggapin serius ya,, cm sbagai cntoh aja,kl laporan keuangan syariah nya , tdak begitu kok, cm sbgai penguat saja pada usaha kita ini, cuma mengharap ridho Allah semata.)
(hhe,, kl yg ini jgn di tanggapin serius ya,, cm sbagai cntoh aja,kl laporan keuangan syariah nya , tdak begitu kok, cm sbgai penguat saja pada usaha kita ini, cuma mengharap ridho Allah semata.)
Referensi : Triyuwono,Iwan.Perspektif,
metoddologi , dan teori akuntansi syariah.2006. Jakarta : Rajawali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar